Mengenal Cara Kerja Airbag (Kantung Udara)
Air Bag, adalah perangkat keamanan yang
terdiri dari sebuah tas kain besar yang berisi udara dan
memberikan perlindungan bagi kepala dan tubuh bagian atas pengemudi
selama tabrakan. Sudah tahu bagaimana cara kerja daripada airbag?
Dalam
tabrakan dari depan (head-on collision), biasanya pengemudi dan
penumpang akan terlempar ke depan di dalam kendaraan. Ketika airbag
diaktifkan, airbag langsung mengembang dan menciptakan penghalang yang
melawan atau meredam gerakan maju dari pengemudi atau penumpang
depan.
Kantong
udara tersebut dirancang untuk mencegah pemngemudi atau penumpang
depan menabrak kaca depan atau dashboard kendaraan, sehingga
mengurangi cedera mereka. Airbag juga dikenal sebagai sistem
pengendalian tambahan (SRS, supplemental restrain system), atau
pembatasan tambahan karet (SIR, supplemental inflatable restrain).
Kantong
udara (airbag) dirancang untuk bekerja bersama dengan sabuk
pengaman. Namun, kantung udara sendiri dapat memberikan perlindungan
bagi kendaraan penghuni yang tidak mengenakan sabuk pengaman.
Pada
tahun 2002 lebih dari 60 persen dari semua kendaraan di Amerika
Serikat telah dilengkapi dengan kantong udara untuk pengemudi.
Administrasi Keselamatan dan Lalu Lintas Jalan Raya Nasional (NHTSA,
National Highway Traffic and Safety Administration) memperkirakan
bahwa pada tahun 2002, airbag telah menyelamatkan nyawa lebih dari
9.000 orang di Amerika Serikat.
Ada beberapa jenis kantung udara, yakni:
Airbag yang disimpan di dalam setir mobil.

Airbag
ini akan mengembang selama tabrakan frontal untuk mencegah sopir
menabrak kemudi atau dashboard. Sebuah airbag untuk penumpang
disimpan di dalam panel instrumen atau dashboard. Kantung ini
mengembang selama tabrakan frontal untuk mencegah kepala penumpang
depan memukul kaca depan/dashboard.
Kantong udara penumpang lebih besar daripada airbag pengemudi dan memiliki bentuk yang berbeda.

Airbag yang disimpan di samping.
Beberapa
kendaraan juga memiliki airbag samping di dalam pintu, arm rest,
kursi depan, atau tempat duduk belakang. airbag samping akan
mengembang saat terjadi tabrakan di samping.
Airbag yang disimpan dari atas jendela.
Sebuah
desain yang terbaru adalah Head restrain system yang mengembangkan
kantung udara dari atas jendela samping untuk perlindungan
tambahan dalam benturan samping.

Namun,
semua Airbag tampaknya tidak dirancang untuk menggelembung atau
untuk melindungi penumpang dalam benturan belakang atau rollovers.
Kondisi yang memicu menggelembungnya Airbag

Mobil
yang dilengkapi airbag, berarti memiliki sensor “MEMS
accelerometer” yang merupakan IC(integrated circuit) kecil. Sensor
ini bekerja dengan mendeteksi rapid-deceleration (perlambatan yang
terlalu cepat, CMIIW), yang kemudian memerintahkan sistem untuk
menggelembungkan airbag.

Peraturan
di amerika sono bilang, deployment (pengembangan/penggelembungan)
airbag dalam tabrakan, paling tidak sama dengan deceleration dengan
nilai 23 km/jam (14 mph), atau bisa disamakan dengan menabrak
mobil dengan ukuran yang sama dengan sistem adu jangkrik (bagian
depan masing2 kendaraan pada kecepatan 2x dari mobil satunya lagi)
Tapi…
Ngga
kaya test tabrakan pada dinding penghalang, tabrakan sebenernya
biasanya terjadi pada sudut2 selain bagian depan mobil (full-front),
dan gaya dari tabrakan biasanya tidak disebarkan keseluruh bagian
depan mobil dimana sensor itu berada.
Akibatnya,
kecepatan relatif antara mobil yang menabrak dan yang ditabrak yang
dibutuhkan untuk menggelembungkan airbag dalam tabrakan sebenarnya
bisa lebih tinggi dari persamaan tabrakan dinding. Karena sensors
airbag mengukur deceleration, kecepatan mobil dan kerusakan bukanlah
indikator yang bagus untuk kapan airbag harusnya menggelembung.
Airbag
bisa menggelembung saat mobil dengan keadaan under-carriage (beban
kurang, penumpang ngga ada) menabrak objek rendah yang menonjol
diatas jalan yang bisa menyebabkan perlambatan.
Proses Penggelembungan Airbag (inflating)
Saat
airbag akan menggelembung, sebuah sinyal dikirim ke unit inflator
dalam airbag control unit. Sebuah igniter atau penyulut, menyulut
sebuah reaksi kimia yang sangat cepat dan menghasilkan gas nitrogen
(N2) untuk mengisi airbag dan membuatnya menggelembung menerobos
cover dari modul airbag.

Beberapa
teknologi airbag menggunakan nitrogen terkompresi atau gas argon
dengan sebuah pyrotechnic operated valve (“hybrid gas generator”).
Ada juga yang memakai sodium azide (NaN3) yang sangat beracun
(sangat biasa pada desain inflator lawas), tapi sudah tidak
digunakan lagi sejak 90-an dalam pengembangan yang menjurus ke
effisiensi, lebih murah and dan kurang beracun.
Proses pengempesan Airbag (deflating)
Reaksi
kimia menghasilkan ledakan nitrogen disengaja untuk mengembangkan
airbag. Setelah airbag terkembang, deflasi dimulai segera saat gas
keluar melalui lubang dalam kain (atau, seperti yang kadang-kadang
disebut, pori2 kain) dan mendingin. Pengembangan sering disertai
dengan pelepasan partikel seperti debu dan gas dari dalam interior
kendaraan (disebut efluen).

Sebagian
besar debu ini terdiri dari tepung jagung, kapur perancis, atau
bedak talc, yang digunakan untuk melumasi airbag selama
deployment/inflasi.
Desain
yang terbaru menghasilkan limbah utama terdiri dari bedak/tepung
jagung dan gas nitrogen yang tidak berbahaya. Dalam desain yang lebih
tua digunakan propelan berbasis azida (biasanya NaN3), berbagai
jumlah sodium hidroksida pada awalnya hampir selalu hadir.
Dalam
jumlah kecil kimia ini dapat menyebabkan iritasi kecil untuk mata dan
/ atau luka terbuka, namun dengan pemaparan ke udara, dengan cepat
berubah menjadi natrium bikarbonat (baking soda). Namun,
transformasi ini tidak 100% selesai, dan selalu menyisakan jumlah
sisa ion hidroksida dari NaOH. Tergantung pada jenis sistem airbag,
kalium klorida (sering digunakan sebagai pengganti garam meja) juga
bisa aja ada.
Bagi
kebanyakan orang, efek yang muncul mungkin hanya debu yang
menyebabkan iritasi minor pada tenggorokan dan mata. Secara umum,
gangguan kecil hanya terjadi ketika penghuni tetap dalam kendaraan
selama beberapa menit dengan jendela tertutup dan tidak ada ventilasi.
Namun, beberapa orang dengan asma dapat menyebabkan serangan asma
berpotensi mematikan dari menghirup debu tersebut.
Komentar
Posting Komentar