Misteri Asal Muasal Gunung Sumbing dan Sindoro


Kali ini Gelut.com akan mengajak khususnya Geluters mengenal lebih dalam tetang misteri pada gunung sumbing dan sindoro.

Ini hanya mitor, namun semua itu yang terjadi kini telah menjadi cagar budaya bangsa yang luar biasa nilainya di tanah air ini, Indonesia. Inilah sepenggal kisah asal muasanya Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro.
Mitos berawal dari kisah hiduplah sepasang suami istri yang ditemani oleh dua orang anak laki-laki. Mereka hidup sebagai seorang petani, yang hidupnya selaras dengan ritme alam pedesaan. Pagi diawali dengan mencangkul, bercocok tanam.

Siang, selepas sepenggalah sinar matahari, istirahat sejenak. Sore menjelang, tiba saatnya untuk pulang ke rumah. Demikian roda dinamika kehidupan setiap hari, nyaris tanpa perubahan. Akan halnya kedua anaknya, mereka selalu bertengkar sepanjang hari. Perilaku anak-anak yang sebenarnya hampir kita jumpai dalam setiap keluarga.

Karena mereka berdua selalu terlibat dalam pertengkaran, suatu ketika, kesabaran sang ayah melebihi batas. Akhirnya anak yang kedua terkena pukulan tangan ayah, mengakibatkan bibirnya robek (dalam bahasa setempat disebut “sumbing”). Hingga kini kedua anak tersebut diabadikan sebagai nama gunung Si(ndoro) dan Si(sumbing).

Gunung Sumbing. Terkenal dengan angin kencangnya, memiliki sejarah banyak orang yang meninggal di daerah ini. Tempat ini berada pada km 5 dari titik pendakian, merupakan pertemuan antara jalur lama dan jalur baru. Memiliki pesona yang menarik, karena merupakan tempat yang paling berbeda dibandingkan dengan wilayah disekitarnya. Dikelilingi oleh padang rumput, jurang, dan beralaskan pasir dan tanah merah, menjadikan tempat ini begitu indah saat menjelang matahari terbenam, karena menghadap langsung arah barat.  Pada saat saya melakukan pendakian Sumbing pertama kali, tempat ini merupakan panorama paling indah yang saya alami di gunung ini. Konon menurut warga setempat, pada wilayah ini terlihat cahaya – cahaya pada saat subuh, atau saat jam kerja pasar. Dari inilah, didapatkan nama Pasar Setan (photo: rendhymoreno.wordpress.com)

Gunung Sumbing. Terkenal dengan angin kencangnya, memiliki sejarah banyak orang yang meninggal di daerah ini. Tempat ini berada pada km 5 dari titik pendakian, merupakan pertemuan antara jalur lama dan jalur baru. Memiliki pesona yang menarik, karena merupakan tempat yang paling berbeda dibandingkan dengan wilayah disekitarnya. Dikelilingi oleh padang rumput, jurang, dan beralaskan pasir dan tanah merah, menjadikan tempat ini begitu indah saat menjelang matahari terbenam, karena menghadap langsung arah barat. Pada saat saya melakukan pendakian Sumbing pertama kali, tempat ini merupakan panorama paling indah yang saya alami di gunung ini. Konon menurut warga setempat, pada wilayah ini terlihat cahaya – cahaya pada saat subuh, atau saat jam kerja pasar. Dari inilah, didapatkan nama Pasar Setan (photo: rendhymoreno.wordpress.com)

Ndoro adalah julukan kepada seseorang karena sikap santun, bijaksana dan selalu melindungi. Adapun sumbing diberikan kepada anak yang nomor dua karena tingkahnya. Gunung Sumbing bila dilihat dari sisi timur atau barat akan terlihat bagian tengah robek, melengkung ke bawah.

Dari sepenggal kisah diatas tentunya kita bisa mengambil bagian-bagian positif dalam kisah tersebut. Kisah di atas menganjarkan kita untuk selalu bisa bersikap arif dan bijaksana dalam melakukan apapun untuk kepentingan diri sendiri dan orang lain. Maka kita sangat diharampan memiliki sifat dan perwatakan yang brutal dengan hawa nafsu iblis merajai diri kita.

Akan tetapi tidak sampai disitu kisah dan keunikan asal muasalnya Gunung Sumbing dan Sindoro. Disisi lain belum lama ini sebuah media cetak nasional melansir tentang penemuan yang sangat misteri di Gunung Sindoro.

Aktivitas kegempaan Gunung Sindoro di perbatasan Kabupaten Temanggung dan Wonosobo, Jawa Tengah dalam beberapa hari terakhir cenderung menurun, namun status gunung api ini masih tetap waspada.  Petugas Pos Pengamatan Gunung Sindoro dan Sumbing di Desa Gentingsari, Kecamatan Bansari, Sumaryanto di Temanggung, Jumat menyebutkan, pada Senin (19/12) terjadi gempa vulkanik dalam enam kali, vulkanik dangkal 13 kali, tektonik jauh satu kali, tektonik lokal empat kali, dan gempa hembusan 15 kali.  Namun, pada hari berikutnya Selasa (20/12) kegempaan turun drastis, yakni terjadi gempa tektonik jauh dua kali, tektonik lokal satu kali, dan gempa hembusan dua kali.  Pada Rabu (21/12) kembali terjadi gempa vulkanik dalam dua kali, tektonik jauh tiga kali, tektonik lokal dua kali, dan gempa hembusan tiga kali.  Data seismik terakhir yang telah kami catat pada Kamis (22/12) hanya terjadi gempa vulkanik dalam satu kali, tektonik jauh satu kali, dan gempa hembusan dua kali, katanya.  Ia mengatakan, meskipun mengalami penurunan kegempaan, hingga saat ini status Gunung Sindoro tetap waspada.  Menurut dia, meskipun aktivitas Sindoro menunjukkan penurunan, tetap diberlakukan radius berbahaya dua kilometer dari puncak.  Ia mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan pendakian hingga ke puncak gunung atau memasuki radius berbahaya.  Meskipun ada kecenderungan menurun, aktivitas gunung ini masih fluktuatif, setelah turun, kemungkinan bisa naik lagi, katanya.  Ia meminta masyarakat untuk tidak panik dan beraktivitas seperti biasa.  Ia mengatakan, munculnya isu akan terjadi letusan besar pada 26 Desember 2011 mendatang tidak perlu dipercaya karena tidak memiliki dasar yang kuat.  Isu tersebut jangan dipercaya. Kami yang memantau perkembangan aktivitas Sindoro akan selalu melaporkan perkembangannya pada Pemkab Temanggung untuk disampaikan ke masyarakat, katanya. (photo: republika.co.id)

Kompas pada 15 Pebruari 2012 melansir telah tentang temuan “cincin api” di daerah Temanggung - Jawa Tengah. Sebagaimana kita ketahui di daerah Temanggung tepatnya di dataran tinggi Dieng disitu ditemukan banyak bangunan purbakala berupa candi-candi Hindu seperti candi Arjuna, lingga-yoni dll yang merupakan tradisi Hindu yang berasal dari India. Selama ini belum diketemukan bekas bangunan-bangunan kuno atau lebih tepatnya kompleks pemukiman penduduk kerajaan, penemuan ini berhasil diamati oleh tim ekspedisi dari lembaga pengamatan gunung nasional.

Pada penggalian dengan kedalaman 15 meter di bawah permukaan tanah ditemukan lokasi perkampungan yang ada pada masa kerajaan Mataram Kuno sekitar abad ke 8 Masehi. Lokasi pemukiman penduduik ini terletajk di dusun Liyangan, Desa Purbosari,Temanggung - Jateng. Pemukiman penduduk ini terkubur oleh materialvulkanik gunung Sindoro ketika meletus dengan sangat dahsyat pada abad ke 9 Masehi. Selanjutnya kita ketahui dari sejarah, bahwa kerajaan Mataram yang semula berada di kaki gunung Sindoro ini berpindah ke daearah Yopgyakarta atau tepatnya di kompleks Candi Prambanan - Ratu Baka atau kawasan yanvg terletak di kaki gunung Merapi.


Di kelak kemudian hari ternyata tempat ini pun dirasa kurang aman dari ancaman bencana alam. Menurut Bemelem, Merapi pernah meletus pada tahun 1006 yang memporak-porandakan kerajaan Mataram hingga akhirnya berpindah ke Jawa Timur yang dirasa lebih aman. Selanjutnya muncul kerajaan Singosari, Kediri, Majapahit dan pada abad ke 15 kembali lagi ke wilayah Jawa Tengah dengan munculnya kerajaan Mataram Baru yang beragama Islam oleh Panembahan Senopati dan Sultan Agung. Hingga saat ini sisa kerajaan itu masih hidup serperti nampak di kraton Ngayogyakartahadiningrat, Pakualaman, kasultanan Surokartohadingingrat, Mangkunegaran.

Kesimpulannya temuan pemukiman di kawasan gunung Sindoro ini sungguh luar biasa, kalu boleh usul agar kawasan itu terus digali dan dijadikan kawasan cagar budaya. 

Sumber Artikel   : Kompasina.com
Sumber Gambar : Diambil dari beberapa sumber
Gelut.com 

Postingan populer dari blog ini

Jual Carica Dieng Khas Wonosobo

Misteri Buah Khuldi dan Apa Sebenarnya Buah Khuldi?

Tragis, Akhir Dari Sebuah Kisah Kartun Dongeng Disney